Powered By Blogger

Jumat, 24 Desember 2010

LTM 6 MPKT: Argumentatif

Peranan Teknik Metalurgi dan Material bagi Kemajuan Peradaban di Indonesia
Oleh Maylani Tiarna Riasmin, 1006660200

The world without materials is nothing.” Kalimat yang merupakan tema Kunjungan Industri Teknik Metalurgi dan Material FTUI 2010 tersebut seakan menunjukkan betapa pentingnya material bagi dunia. Kalimat tersebut tidaklah berlebihan. Kehidupan manusia memang akan selau berhadapan dengan material. Material dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita adalah material. Bahkan, sejarah membagi peradaban dunia, termasuk Indonesia berdasarkan material penunjang kehidupan manusia, yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam. Logam merupakan salah satu jenis material. Ilmu metalurgi mempelajari jenis material ini. Childe (1950) mengungkapkan bahwa pengetahuan metalurgi menjadi tolok ukur bagi munculnya peradaban. Berbagai kemajuan sepanjang peradaban Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan ilmu metalurgi dan material. Selain itu, engineer adalah seorang yang berusaha membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah dengan penemuan-penemuannya. Material merupakan penunjang kehidupan sepanjang peradaban manusia. Oleh karena itu, Teknik Metalurgi dan Material berperan besar bagi kemajuan peradaban di Indonesia. Bagaimana bentuk peranan tersebut? Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam tulisan ini.
Sebelum membahas tentang peranan Teknik Metalurgi dan Material bagi kemajuan peradaban di Indonesia, akan diuraikan terlebih dahulu beberapa pengertian yang terkait. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin). Dengan demikian, teknik berkaitan dengan membuat sesuatu. Dalam  KBBI, metalurgi berarti ilmu tentang pengerjaan logam secara kimia dan secara mekanis sehingga dari bijih kemudian diperoleh logam yang berguna. Sementara itu, material berarti bakal yang akan dipakai sebagai bahan untuk membuat barang lain. Teknik Metalurgi dan Material adalah penggabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu Teknik Metalurgi dan Teknik Material. Berdasarkan www.engineeringtown.com, Teknik Metalurgi adalah bidang ilmu keteknikan yang membahas tentang proses pengolahan mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi logam dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan strukturnya, proses penguatan logam serta fenomena-fenomena kegagalan dan degradasi logam. Sedangkan Teknik Material adalah bidang ilmu keteknikan yang membahas tentang sifat-sifat bahan dan hubungan antara struktur bahan dan sifatnya serta mempelajari tentang desain berbagai jenis material (logam, plastik, keramik, komposit) untuk aplikasi tertentu.
Selain pengertian yang berhubungan dengan Teknik Metalurgi dan Material, pengertian peranan, kemajuan, dan peradaban juga perlu dibahas. Dalam KBBI, peranan berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Kemajuan berasal dari kata maju yang artinya menjadi lebih baik. Kemajuan berarti hal (keadaan) maju. Sedangkan peradaban berarti hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Dari beberapa pengertian ini, peranan bagi kemajuan peradaban berarti hal yang telah dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan keadaan yang lebih baik bagi unsur-unsur peradaban.
Sejarah peradaban Indonesia dibagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam. Pembagian ini dilakukan berdasarkan material penunjang kehidupan yang digunakan pada saat itu. Dari nama pembagian zaman tersebut, kita dapat melihat dua jenis material, yaitu batu dan logam. Pada Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) dan Zaman Batu Madya (Mesolithikum), manusia purba Indonesia menggunakan batu sebagai senjata, seperti kapak genggam dan kapak perimbas yang ditemukan di Pacitan, Jawa Timur. Meskipun pada saat itu mereka belum mengetahui tentang ilmu material, tetapi mereka telah mengaplikasikannya dalam membuat batu hingga dapat digunakan sebagai senjata. Pada Zaman Batu Muda (Neolithikum), terdapat kemajuan dalam pembuatan batu menjadi senjata. Pada zaman tersebut, manusia purba telah mengolah batu dengan teknik penghalusan dan pengasahan dengan cara sederhana. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik penghalusan dan pengasahan pada zaman sekarang dilakukan dengan manggunakan mesin. Pada Zaman Neolithikum dikenal pula pembuatan tembikar. Manusia mulai mengetahui bahwa tanah liat dapat mengeras ketika dipanaskan. Teknik Material juga mempelajari hal tersebut. Tanah liat dapat mengeras jika dipanaskan karena adanya perubahan mikrostruktur pada saat pemanasan berlangsung. Kemajuan peradaban ditunjukkan di Zaman Batu Besar (Megalithikum) dengan dibuatnya berbagai bangunan sederhana dari batu, seperti tugu batu dan peti mati. Berbagai peralatan yang ada pada Zaman Batu menunjukkan bahwa penerapan Teknik Material telah ada sejak dahuulu meskipun pada saat itu tentu saja belum dikenal Teknik Material.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia menemukan teknik peleburan, pencampuran, dan penempaan logam, yaitu ketika peradaban Indonesia memasuki Zaman Logam. Pada zaman ini, manusia mulai menerapkan ilmu metalurgi, yaitu pengolahan logam. Pengolahan logam merupakan hal dasar yang dipelajari Teknik Metalurgi. Pengolahan logam di Indonesia mulai dikenal ketika adanya penguasaan teknologi pengolahan logam campuran antara timah dan tembaga, yaitu pada zaman Perunggu. Salah satu bukti adanya pembuatan barang dari logam paduan logam tersebut adalah penemuan nekara perunggu di Bali, Sumbawa, Rote, Leti, Alor, Kei, Papua, Sumatera, dan Jawa. Hal ini membuktikan bahwa metalurgi berperan penting dalam peradaban manusia. Seiring dengan kemajuan teknologi, Indonesia memasuki Zaman Besi ketika mulai dikenal teknik pengolahan logam besi. Akan tetapi, di Indonesia peralatan yang berasal dari besi tidak banyak ditemukan. Peralatan yang ditemukan seperti mata kapak, pisau, sabut, dan ujung tombak. Teknik pembuatan peralatan dari besi lebih maju dibandingkan peralatan dari perunggu. Teknik pengolahan besi merupakan dasar dalam Teknik Metalurgi karena besi dapat dibuat menjadi baja yang banyak digunakan untuk membuat berbagai peralatan yang diperlukan manusia. “Hampir tak ada satupun produk teknologi kita yang tidak menggunakan unsur besi baik di dalam proses pembuatannya maupun sebagai bagian dari bahan produk itu sendiri.” (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/logam-dan-peradaban/)
Indonesia terus mengalami kemajuan peradaban, khususnya dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi terjadi seiring dengan perkembangan material, termasuk logam. Teknik Metalurgi dan Material yang mempelajari pengolahan logam dan desain berbagai material untuk aplikasi tertentu berperan penting dalam kemajuan teknologi. Kita dapat menganalisis mulai dari peralatan yang ada di sekitar kita, seperti pisau dapur, gunting, sendok dan garpu, kabel listrik, serta ban. Teknik metalurgi dan material mempelajari pembuatan benda-benda tersebut. Untuk membuat benda-benda tersebut, kita perlu mengetahui sifat-sifat material. Sebagai contoh, stainless steel digunakan untuk membuat pisau dan gunting karena stainless steel dapat ditempa hingga tajam dan memiliki ketahanan terhadap korosi. Begitu pula untuk membuat sendok dan garpu dengan menggunakan stainless steel. Sendok dan garpu dibuat dari logam dengan proses casting dan stailess steel dipilih karena ketahanan terhadap korosi. Sifat tembaga yang dapat menghantarkan panas mendasari penggunaannya sebagai kabel listrik. Demikian pula dengan ban. Karet digunakan untuk membuat ban karena memiliki sifat kuat dan elastis.
Pisau dapur, gunting, sendok dan garpu, lampu, serta ban merupakan beberapa peralatan yang dapat memudahkan aktivitas manusia. Gunting dapat memudahkan kita untuk memotong sesuatu. Dengan adanya gunting, kita dapat memotong kertas dengan mudah dan hasil sesuai keinginan kita. Sendok dan garpu dapat kita gunakan sebagai alat makan. Kabel listrik digunakan untuk menghantarkan arus listrik ke peralatan elektronik. Sedangkan ban digunakan dalam pembuatan sepeda ataupun mobil sehingga dapat berjalan dengan mudah. Pembuatan benda-benda ini tidak terlepas dari ilmu metalurgi dan material.
Selain benda-benda sederhana, Teknik Metalurgi dan Material juga berperan dalam pembuatan peralatan yang lebih modern, seperti mobil, pesawat terbang, komputer, dan handphone. Meskipun benda-benda tersebut tidak ditemukan oleh orang Indonesia, alat-alat tersebut sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia. Indonesia juga mulai memproduksi benda-benda tersebut, meskipun masih bergantung pada impor dari luar negeri. Pembuatan benda-benda tersebut menggunakan teknik yang lebih rumit dan material yang lebih kompleks. Komponen-komponen dari benda-benda tersebut menggunakan material dan logam sesuai dengan sifat yang dibutuhkan. Komponen mobil sebagian besar terbuat dari baja, pesawat terbang terbuat dari aluminium, sedangkan komponen komputer dan handphone terbuat dari material semi konduktor. Akan tetapi, material tersebut bukanlah satu-satunya material yang digunakan. Pembuatan benda-benda tersebut menggunakan beberapa jenis material sesuai dengan sifat yang diperlukan pada bagian tertentu.
Adanya material-material baru yang ditemukan oleh sarjana Teknik Metalurgi dan Meterial menjadikan pembuatan produk menjadi lebih efektif dan efisien. Contoh pengembangan material adalah pembuatan komposit. Komposit merupakan kombinasi dua jenis material atau lebih dengan mengambil karakteristik terbaik dari masing-masing material. Sekarang ini sedang dikembangkan penggunaan komposit untuk membuat pesawat terbang. Sifat yang ringan dan mudah dibentuk, serta harga yang lebih murah dibandingkan aluminium menjadi dasar penggunaan komposit sebagai bahan dasar pembuatan pesawat terbang. Teknik Metalurgi dan Material berjasa dalam penelitian mengenai pengembangan teknologi tersebut.
Berdasarkan informasi dari www.bppt.go.id, sejak tahun 2003 Pusat Teknologi Material (PTM) BPPT telah melakukan pengembangan biomaterial untuk aplikasi kesehatan. Biomaterial merupakan jenis material baru yang dikembangkan oleh sarjana Teknik Metalurgi dan Material. Dalam proses pengembangan teknologi tersebut, BPPT telah melakukan uji toksisitas dan biokompatibilitas hidroksiapatit (HA) berbahan mineral alam (batu gamping dan koral) untuk bone filler (pengisi tulang), mendesain dan membuat komponen pelat implant berbasis stainless steel sebagai bone substitute (pengganti tulang), serta mendesain proses pembuatan semen tulang Polymethylmethacrylate (PMMA) sebagai bone cement (semen tulang). Pengembangan ini merupakan aplikasi Teknik Metalurgi dan Material.
Kita telah melihat berbagai peranan Teknik Metalurgi dan Material bagi kemajuan peradaban Indonesia, bahkan mulai dari Zaman Prasejarah. Jika Tidak ada Teknik Metalurgi dan Material, maka Indonesia tidak dapat membuat teknologi-teknologi baru dengan menggunakan berbagai material yang tersedia di alam. Jika tidak ada Teknik Metalurgi dan Material, maka Indonesia tidak dapat membuat alat-alat pendukung kehidupan yang banyak terbuat dari logam. Kemajuan peradaban Indonesia bergantung pada perkembangan material. Perkembangan material memerlukan peranan Teknik Metalurgi dan Material. Jadi, tanpa peranan Teknik Metalurgi dan Material, Indonesia tidak akan mengalami kemajuan peradaban seperti sekarang ini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Teknik Metalurgi dan Material berperan besar bagi kemajuan peradaban di Indonesia. Peranan tersebut khususnya dalam perkembangan teknologi. Teknik Metalurgi dan Material mempelajari pengolahan logam dan material lain untuk aplikasi tertentu. Mulai dari Zaman Prasejarah, Indonesia telah mengaplikasikan ilmu metalurgi dan material. Pada masa sekarang, Teknik Metalurgi dan Material berperan dalam penemuan material-material baru untuk pembuatan teknologi mutakhir. Jadi, Teknik Metalurgi dan Material sangat berkontribusi bagi kemajuan peradaban Indonesia, baik dahulu, sekarang, maupun di masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Magdalia, Nana Nurliana Soeyono, dan Sudarini Suhartono. 2007. “Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X”. Jakarta: Esis.
Anonim. “Why I Choose Metallurgy dan Materials.” http://omahkeong.blogdetik.com/2009/10/16/why-i-choose-metallurgy-and-materials/
(jam 22.27 tanggal 13 Desember 2010).
BPPT. “Pengembangan Bio Material Uuntuk Kemajuan Teknologi Kesehatan Nasional.” http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=358:pengembangan-bio-material-untuk-kemajuan-teknologi-kesehatan-nasional&catid=58:teknologi-material (jam 12.19 tanggal 14 Desember 2010).
Pusat Bahasa Indonesia. 2001. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna, dkk. “Logam dan Peradaban.” http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/logam-dan-peradaban/ (jam 11.29 tanggal 14 Desember 2010).


The Criteria of A Good Teacher for Better Education in Indonesia


How important a teacher for our education? They who think that education is the most important part of our life will say that a teacher is a hero of education. A teacher has major contribution for our education. He/She teaches students the knowledge that is important for their future. There are some great persons because they have taught by the great teachers. We have ever heard the popular saying, “Better than a thousand days of diligent study is one day with a great teacher.” This statement shows us how important a teacher is. A good teacher is one of the requirements that must be had by Indonesia for better education. A good teacher should possess knowledge, proper way of teaching, and a good model for students.
The first thing that should be possessed by a good teacher is knowledge. A good teacher must have knowledge about his/her subject matter. By knowing his/her subject matter, a teacher will able to explain it clearly. He/She should prepare the subject matter that will be explained to the students and it should be prepared before the class. A good teacher will not teach the students without knowledge about his/her subject matter. As an addition of his/her knowledge, a good teacher must be sensitive to changes and developments in science and technology. In the era of globalization, science and technology always evolves. A good teacher has to update his/her knowledge to the development of science and technology, so his/her subject mater will not be outdated. To upgrade his/her knowledge, a good teacher should always study. It means that not only students who have to study, but also a teacher.   
Another criteria of a good teacher is having proper way of teaching. In the process of learning, a good teacher must consider the cognitive and affective aspects. A teacher shouldn’t be only concerned with the cognitive aspect by teaching his/her students the materials from the books or modules which are provided by the government. It may lead students to be passive and not creative. They are also easily bored and will be not enthusiastic about the lessons. To achieve the maximum learning process, a teacher must consider the affective aspect by holding a discussion or practice. He/She must also provide the opportunity for students to ask the questions. It will make them be enthusiastic in learning process. To guide a teacher in teaching, he/she has to have a lesson plan. It must refer to the standard of competency that has to be achieved by the students. A good teacher will make it at the beginning of school year and he/she will not copy it from another teacher. To have the proper way of teaching, a teacher must focus on the purpose of learning. The purpose of learning is to transfer knowledge to his/her students and to make them be active in the learning process.
In addition, a good teacher has to give a good model for students. It is because education is not only to transfer knowledge, but also to transfer values. First of all, a good teacher should discipline. Before he/she disciplines the students, he/she must discipline him/herself first. For the example, he/she doesn’t be late attending his/her class. A good teacher also doesn’t get angry easily. In fact, the students are not comfortable in learning process if their teacher gets angry easily. They will be afraid to ask question and be passive. It makes the condition is not conducive. Because of that, a good teacher is a teacher who can control his/her emotion. The last, a good teacher has great concern for his students. He/She knows who his/her students are. He/She will help his/her students if they have any problems. It means that he/she care with his/her students.  
In conclusion, there are some criteria of a good teacher that should be possessed by our teacher for better education in Indonesia. The quality of education in Indonesia will increase if we have many good teachers and also attain improvement of system and facilities of education in Indonesia. The government should provide several trainings for teacher to be a good teacher. On a small scale, a good teacher will be loved by his students and make them enjoy the class.


Maylani Tiarna Riasmin S.
1006660200
Metallurgy and Materials Engineering




Perkembangan Seni Karawitan Jawa di Amerika Serikat dan Jepang


Indonesia adalah negara yang kaya akan kesenian. Berbagai daerah di Indonesia memiliki kesenian khas masing-masing, seperti kesenian Tari Pendet di Bali, Wayang Golek di Jawa Barat, Randai di Minangkabau, Musik Kolintang di Manado, Tari Tor-Tor di Sumateta Utara, serta kesenian batik di berbagai daerah dengan pola batik khas masing-masing. Di Jawa juga berkembang kesenian yang disebut Karawitan Jawa. Seorang sarjana Belanda yang bernama J. L. A. Brandes (1889) menyatakan bahwa ada 10 unsur kebudayaan yang telah dimiliki bangsa Indonesia sebelum datangnya pengaruh kebudayaan India, di antaranya Karawitan Jawa. Karawitan Jawa atau yang dikenal dengan nama Gamelan Jawa tidak hanya berkembang di Inonesia. Dunia internasional juga telah mengenal kesenian ini, bahkan sejak dahulu. Jody Diamond (1984) dalam “BALUNGAN: A Publication of the American Gamelan Institude” memberikan informasi bahwa di Amerika telah ada 98 perangkat gamelan (Jawa, Sunda, Bali). Selain itu, pada majalah yang sama terbitan Oct., 1988 terdapat informasi tentang pendidikan karawitan di Amerika dan di Jepang. Jepang dan Amerika Serikat merupakan dua negara di mana seni Karawitan Jawa berkembang cukup signifikan.
Musik gamelan masuk ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1893. Seorang berkebangsaan Belanda bernama Jaap Kunst yang telah mempelajari musik gamelan di Jawa selama lima belas tahun berperan dalam memperkenalkan musik gamelan di AS. Ia megajar di Universitas Amsterdam setelah kembali ke Belanda. Di universitas tersebut, ia mengajar seorang mahasiswa yang berasal dari AS. Setelah lulus, mahasiswa tersebut kembali ke AS dan menjadi pengajar musik daerah di University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat. Salah satu musik daerah yang diajarkan olehnya adalah musik gamelan, seperti yang ia pelajari di Belanda. Beberapa mahasiswanya kemudian juga menjadi pengajar musik, termasuk musik gamelan. Dari sinilah musik gamelan dapat dikenal dan tersebar di Amerika Serikat.
Salah seorang tokoh Indonesia yang berjasa dalam perkembangan seni Karawitan Jawa di AS Bapak Sumarsam. Ia memperkenalkan musik gamelan hingga memasuki lingkungan akademis di berbagai universitas di AS. Tokoh lainnya adalah K.P.H. Notoprojo yang biasa dipanggil Pak Tjokro.  Beliau telah mengajar Gamelan Jawa di berbagai universitas, antara lain California Berkeley, San Francisco State University, San Jose State University, dan San Diego. Setelah Pak Tjokro pensiun, perjuangan untuk mengembangkan seni gamelan di AS dilakukan oleh Bapak Hardjo Susilo, anak buah Pak Tjokro. Beliau mengadakan kuliah Karawitan Jawa di University of Hawaii hingga sekarang. Dalam perkuliahan, awalnya jumlah orang yang tertarik dengan Karawitan Jawa sangat sedikit. Tetapi, melalui berbagai perkenalan seperti dari summer program dan masa pembelajaran di universitas, sekarang justru banyak yang ikut dengan para pengajar dari Indonesia ke Pulau Jawa untuk belajar lebih dalam tentang seni Karawitan Jawa.
Jenis musik tradisi dan tarian Indonesia berkembang pesat di Amerika. Karawitan Jawa yang merupakan musik tradisi Indonesia termasuk salah satu yang sangat berkembang pesat. Saat ini, hampir semua universitas terkemuka di AS memiliki program studi gamelan Indonesia, termasuk Gamelan Jawa. Jumlah ahli musik gamelan juga semakin banyak. Sekarang ini, AS telah memiliki 600 perangkat gamelan untuk mendukung program studi gamelan di berbagai universitas. Hal ini menunjukkan betapa besarnya ketertarikan AS terhadap musik gamelan. Walaupun seni Karawitan Jawa terlambat masuk ke AS dibandingkan dengan kesenian tradisi dari negara lain, namun perkembangannya cukup pesat. Pernyataan ini dikuatkan dengan dimasukkannya gamelan dalam kurikulum pendidikan AS, dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Salah satu universitas yang mahasiswanya memiliki minat tinggi untuk belajar Gamelan Jawa adalah Westleyan University. Jumlah mahasiswa yang mengambil matakuliah Gamelan Jawa setiap semesternya melebihi kapasitas yang ada. Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia, di mana kapasitas yang ada seringkali tidak terpenuhi. Minat mahasiswa Amerika terhadap musik gamelan menunjukkan bahwa mereka lebih mengahargai musik tradisional. Bahkan, mahasiswa Westleyan University bersedia mengikuti seleksi masuk kelas Gamelan Jawa yang diadakan karena kapasitas kelas tidak mencukupi pendaftar. Dalam bermain musik, hal utama yang harus dimiliki adalah feeling, demikian pula dalam musik Karawitan Jawa. Hal inilah yang menjadi salah satu kriteria dalam penyeleksian mahasiswa. Beberapa mahasiswa yang memiliki latar belakang musik biasanya lebih mudah untuk memiliki feeling meskipun sebelumnya mereka belum pernah bermain gamelan.
Minat tinggi warga AS terhadap seni Karawitan Jawa menyebabkan bukan suatu hal yang asing jika gamelan dimainkan di AS. Saat ini, di AS terdapat sekitar 300 kelompok Gamelan Jawa dan Bali yang terdaftar di berbagai negara bagian AS. Sebagian besar dari kelompok tersebut aktif dalam kegiatan bermain gamelan. Di Washington, ada dua kelompok gamelan yang cukup terkenal, yaitu kelompok Gamelan Jawa dengan pimpinan D. R. Cindy Benton-Groener di Departemen Musik William and Mary College dan  kelompok Gamelan Jawa Raras Arum. Banyak warga AS yang bergabung dengan kelompok tersebut. Kelompok ini sering tampil mementaskan permainan Gamelan Jawa, misalnya pada acara resepsi kedutaan, acara-acara di pusat budaya, serta museum.
Di AS juga terdapat kelompok seni pertunjukkan yang mempunyai misi untuk mempromosikan pengetahuan dan apresiasi musik, tari, dan budaya Indonesia melalui pertunjukan dan pembelajaran. Kelompok tersebut bernama Sumunar Indonesia Music and Dance. Kelompok yang bermarkas di Minnesota, Amerika Serikat tersebut didirikan oleh warga Indonesia bernama Joko Sutrisno. Kelompok ini sudah 15 tahun terbentuk dan telah tampil di berbagai kesempatan. Bulan Juli 2010, kelompok karawian Sumunar tampil di Aula Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan penampilan tersebut merupakan penampilan pertama di Indonesia, negara asal Karawitan Jawa. Mereka ke Indonesia juga dalam rangka mengenal lebih dalam lagi akan musik tradisi gamelan dan tarian dari negara asalnya.
Keberadaan gamelan di Amerika juga berkaitan dengan paradigma para composer di Amerika yang cenderung bersifat horisontal. Mereka tidak terikat pada perkembangan sejarah dan terbuka pada multikulturalisme. Hal ini berbeda dengan paradigma yang dianut oleh komposer Eropa, yaitu paradigma vertikal yang mengarah pada monokultural. Di AS terdapat cermin keberadaan gamelan, yaitu gendhing Pak Chokro. Gendhing Pak Chokro merupakan komposisi yang dibuat Lou Harrison sebagai penghormatan pada gurunya, K.R.T Wasitodipuro. Gendhing ini seperti gendhing di Indonesia yang menggunakan titik laras slendro.
Selain di Amerika Serikat, seni Karawitan Jawa juga berkembang di Jepang. Negara Jepang telah mengetahui keragaman budaya Indonesia. Karawitan Jawa merupakan salah satu kesenian Indonesia yang dikagumi dan digemari oleh masyarakat Jepang. Seni Karawitan Jawa telah menarik simpati masyarakat Jepang, sehingga mereka tertarik untuk mempelajarinya. Mereka juga memadu-padankan kesenian tradisi mereka dengan musik gamelan. Gamelan Jawa bahkan telah masuk ke desa di Jepang.
Salah seorang tokoh yang memperkenalkan Gamelan Jawa di Jepang adalah seorang profesor dan dosen di Osaka University bernama Shin Nakagawa. Karena tertarik untuk mempelajari Gamelan Jawa, ia secara khusus datang ke Yogyakarta untuk mempelajarinya. Setelah mendalami kesenian asli Indonesia tersebut, ia kembali ke Jepang dan mendirikan grup gamelan dengan nama Marga Sari. Shin Nakagawa tidak terfokus pada keklasikan Gamelan Jawa, seperti di Indoenesia. Ia mengembangkan musik kontemporer untuk menggubah karya-karya gamelan baru. Berbagai eksperimen dilakukannya untuk mendapatkan komposisi musik gamelan dengan musik kontemporer. Pada tahun 2008, Marga Sari menampilkan pertunjukkan teater dongeng “Momotaro” yang dipadu dengan musik gamelan. dalam pertunjukkan tersebut, gendang berfungsi sebagai drum ketika interlude berupa musik rock. Gesekan rebab yang menyayat menciptakan suasana malam hari dengan suara angin. Pagelaran ini memadukan budaya klasik dari Jepang dan Jawa.
Sebenarnya, di Jepang terdapat 40-an kelompok gamelan. Dua di antaranya adalah Lambang Sari dan Tirta Kencana. Kelompok Gamelan Jawa Lambang Sari dibentuk di Jepang pada tahun 1985 oleh seorang alumnus Tokyo National University of Fine Arts and Music bernama Fumi Tamura yang mempelajari musik etnik asal Indonesia. Lumbang Sari berperan dalam memperkenalkan kebudayaan Jawa di Jepang melalui workshop, kursus seni, kegiatan pentas, dan alternatif lainnya.  Kelompok Gamelan Jawa Tirta Kencana dibentuk pada tahun 2002 atas prakarsa dari Prof. Shin Nakagawa yang juga membentuk  kelompok gamelan Marga Sari dari Osaka. Sebagian besar anggotanya adalah masyarakat Jepang yang berada di daerah Biwa-ko, Shiga. Kelompok ini melakukan latihan rutin dan sering mengadakan berbagai pertunjukkan dan workshop. Sambutan meriah dari penonton pada saat pagelaran musik Gamelan Jawa dan banyaknya warga Jepang yang menghadiri berbagai pagelaran tersebut menunjukkan antusiasme warga Jepang terhadap Gamelan Jawa.
Lambang Sari merupakan kelompok musik Gamelan Jawa yang telah dikenal di kalangan pemusik gamelan di Indonesia. Mereka pernah bekerja sama dengan seniman-seniman Indonesia, seperti Didik Niniek Towok dan Ki Purbo Asmoro. Mereka bekerja sama melakukan pentas, kursus, loka karya, serta berbagai kegiatan lain di sejumlah daerah di Jepang. Akan tetapi, kelompok Gamelan Jawa tidak hanya mengadakan pementasan di Jepang, tetapi juga di Indonesia, daerah asal seni Karawitan Jawa. Salah satu pementasan kelompok Gamelan Jawa Jepang di Indonesia adalah pementasan Lumbang Sari di Solo pada acara Solo International Performing Art (SIPA) 2010. Dalam pementasan tersebut, Lumbang Sari memadukan unsur tradisi negara mereka dengan musik Gamelan Jawa dengan tetap tetap berpijak pada unsur tradisi.  Lambang Sari menampilkan pertunjukkan dengan judul “Khoci” yang dalam bahasa Jepang berarti angin dari timur dan angin musim semi. Maksud dari angin timur adalah negara Jepang yang berada di timur Indonesia. Pada pertunjukkan tersebut, mereka menampilkan permainan gamelan dengan cukup indah.
Pada dasarnya, kesenian Jepang menyerupai kesenian Indonesia. Antara musik tradisi Indonesia dengan Jepang memiliki kesamaan harmoni musik ketimuran sehingga dapat dipadukan, tetapi tetap berpijak pada unsur tradisi. Persamaan antara musik tradisi Jepang dengan musik Gamelan Jawa dapat terlihat dalam lagu “Sakura-Sakura”. Tangga nada lagu tersebut memiliki kesamaan dengan lagu “Madenda” di Sunda.  Selain itu, apabila lagu “Kokiriko-bushi” dipadukan dengan tangga nada slendro dari Jawa akan menghasilkan suara yang hampir mirip dengan lagu aslinya. Sedangkan lagu rakyat Okinawa yang berjudul “Tanchame” apabila dimainkan dengan tangga nada lagu khas Okinawa akan memiliki kemiripan dengan tangga nada pelog dari Jawa. Persamaan yang dimiliki musik tradisi Jepang dengan musik tradisi Jawa menjadi salah satu faktor mengapa seni Karawitan Jawa mudah diterima oleh masyarakat Jepang.
Warga Indonesia juga memiliki peranan dalam memperkenalkan kesenian Karawitan Jawa di Jepang. Cara yang ditempuh adalah dengan menggelar pertunjukkan Karawitan Jawa di Jepang. Pada bulan September 2010 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar pertunjukkan seni Gamelan Jawa di Osaka. Pada kesempatan tersebut ISI berkolaborasi dengan kelompok Gamelan Jawa Marga Sari. Warga Jepang yang menonton pertunjukkan tersebut tertarik untuk mempelajari Gamelan Jawa. Dengan demikian, melalui pertunjukkan seni Karawitan Jawa di Jepang, kebudayaan Indonesia dapat dikenal bahkan dikagumi oleh warga Jepang.
Perkembangan seni Karawitan Jawa di Jepang tidak hanya di kota, tetapi juga di desa. Kelompok gamelan yang bernama Dharma Budaya pimpinan Prof. Shin Nakagawa berperan dalam memperkenalkan musik Gamelan Jawa di desa-desa di Jepang. Mereka yang tergabung dalam kelompok ini pernah belajar gamelan di Jawa dengan spesialis waditra masing-masing. Kelompok ini memiliki program “Gamelan Masuk Desa”. Dengan adanya program tersebut, kesenian Gamelan Jawa juga berkembang di desa-desa di Jepang.
Amerika Serikat dan Jepang memiliki kesenian daerahnya masing-masing. Akan tetapi, di kedua Negara tersebut, kesenian Karawitan Jawa tetap dapat berkembang dengan signifikan. Warga Amerika dan Jepang tertarik untuk belajar kesenian Karawitan Jawa. Hal ini menandakan bahwa seni Karawitan Jawa bukan sebuah tradisi yang sudah ketinggalan zaman. Seni Karawitan Jawa dapat berkembang di kedua Negara tersebut berkat adanya tokoh-tokoh negara tersebut yang telah lebih dahulu mempelajari kesenian tersebut dan memperkenalkannya di negaranya. Tidak terlepas juga dari peranan Indonesia dalam memperkenalkan seni Karawitan Jawa di kedua Negara tersebut, bahkan negara-negara lain. Sebagai warga Indonesia, kita hendaknya dapat lebih mencintai kesenian asli negara kita, termasuk Karawitan Jawa.


DAFTAR PUSTAKA

P., Soedarso S. (ed.). 1987. “Beberapa Catatan tentang Perkembangan Kesenian Kita”. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Senin, 13 Desember 2010

Peran Pemerintah dalam Menyikapi Illegal Logging


Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bumi air, dan kekayaan alam yang ada didalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Berdasarkan pasal tersebut, pemerintah sudah sewajibnya menyikapi dengan serius banyaknya kasus illegal logging. Illegal logging merupakan tindakan memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi. Berasarkan data dari Departemen Kehutanan tahun 2003, luas hutan Indonesia yang rusak mencapai 43 juta hektar dari total 120,35 hektar dengan laju degradasi dalam tiga tahun terakhir mencapai 2,1 juta hektar pertahun. Data terbaru dari Departemen Kehutanan ( Andriana, 2004:1, dikutip dari buku IGM. Nurdjana 2005:5) menyebutkan bahwa laju kerusakan  hutan di Indonesia telah mencapai 3,8 juta hektar pertahun dan negara telah kehilangan Rp 83 miliar per hari akibat illegal logging. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa masalah illegal logging merupakan masalah yang serius bagi Indonesia. Untuk itu, diperlukan tindak lanjut dari pemerintah untuk mengatasinya.
Pemerintah telah membuat undang-undang yang dapat dijadikan dasar oleh penegak hukum untuk menindak para pelaku illegal logging, yaitu Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU Kehutanan). Pasal-pasal dari UU Kehutanan dan sejumlah Peraturan Perundang-undangan lain yang berkaitan dengan tindakkan illegal logging antara lain sebagai berikut.
  1. Pasal 50 Ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 menyebutkan, “Setiap orang dilarang menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.”
  2. Pasal 50 Ayat (3) huruf f UU Kehutanan menyebutkan, “Setiap orang dilarang: menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.”
  3. Pasal 50 Ayat (3) huruf h UU Kehutanan menyebutkan: “Setiap orang dilarang mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.”
  4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 Ayat (1) menyebutkan, “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
Pada tahun 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu Secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Indonesia. Pada tanggal 18 Maret 2005, 16 menteri dan pejabat setingkat ,menteri serta seluruh  gubernur dan bupati se-Indonesia mendapat tugas untuk meningkatkan, mempercepat, dan menguatkan koordinasi dalam menanggulangi penebangan liar di Indonesia. Tidak lama setelah itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Kapolri Jenderal Polisi Da’i Bachtiar untuk memimpin tim operasi terpadu penindakan dan pemberantasan, penyelundupan, serta pembalakan liar (illegal logging). Upaya Polri untuk memberantas illegal logging dengan menangkap serta membawa ke meja pengadilan berakibat positif terhadap pengurangan atas tindak pidana illegal logging. Hal ini merupakan bentuk konkret usaha pemerintah dalam memberantas illegal logging.

Dalam upaya menangani kasus illegal logging, pemerintah sedang merencanakan UU Tindak Pidana Kehutanan (Tipihut). Undang-undang tersebut menerapkan ancaman sanksi minimum dalam penegakan hukum bidang kehutanan. UU Kehutanan tidak menerapkan ancaman sanksi minimum. Selama ini, tidak adanya sanksi minimum membuat hukuman pengadilan terhadap pelaku kategori menengah ke atas sangat rendah. Berdasarkan pengamatan ICW, cukong bebas sekitar 71,43%, sedangkan sisanya dihukum di bawah 1 tahun sebanyak 14,29%. Hukuman yang ringan tidak akan memberikan efek jera bagi pelaku. Selain itu, ringannya hukuman yang diberikan membuat oknum illegal logging tanpa rasa takut melakukan aksinya. Oleh karena itu, UU Tipihut dapat mengatasi kelemahan UU Kehutanan yang tidak menerapkan ancaman sanksi minimum.
Undang-undang yang dibuat oleh pemerintah harus disertai dengan penegakan hukum. Penegakkan hukum yang tegas tanpa pandang bulu dapat meminimalisir terjadinya kasus illegal logging yang merupakan tindak pidana kehutanan. Setiap pelaku, harus diadili sesuai hukum yang berlaku dan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Fakta yang terjadi adalah adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum terhadap pejabat-pejabat yang korupsi dari hasil illegal logging. Bahkan, banyak terjadi putusan bebas. Sanksi tersebut tidak sesuai dengan kerugian yang dialami rakyat.
Untuk mengatasi kasus illegal logging, di lingkungan Departemen Kehutanan dan perkebunan dibentuk Polisi Khusus Kehutanan (polhut) atau Jagawana. Polhut bertindak mengawasi lokasi kawasan hutan agar terhindar dari tindakan penebangan liar. Pengawasan yang lebih intensif diperlukan di lokasi-lokasi hutan tempat terjadinya penebangan kayu secara ilegal. Kepolisian RI (Polri) juga melakukan pengawasan terhadap tindakan illegal logging. Polri memaksimalkan peranan polisi udara dalam memberantas pembalakan liar. Koordinasi antara para penegak hukum mulai dari polisi hingga badan peradilan merupakan hal utama yang harus dilakukan dalam upaya pemberantasan illegal logging.
Untuk mengatasi kasus illegal logging beserta kegiatan perdagangan kayu-kayu illegal tersebut ke luar negeri, pemerintah menjalin hubungan bilateral dengan beberapa negara. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan pemerintah Kerajaan Norwegia dengan menandatangani Letter of Intent (LoI) tentang Cooperation to Improve Forest Law-Making and Law Enforcement to Combat Illegal Logging. Pemerintah juga telah menjalin kerja sama dengan negara-negara Uni Eropa agar negara-negara Uni Eropa tidak menerima kayu ilegal dari Indonesia. Kerja sama bilateral juga dibangun dengan pemerintah Inggris, Jepang, China, Korea Selatan, dan Amerika. Selain itu, pemerintah juga mencoba menjalin kerja sama kemitraan, yaitu Asia Forest Partnership (AFP) dan East Asia Forest Law Enforcement and Governance and Trade (FLEGT). Hubungan-hubungan diplomasi dengan negara lain dapat mencegah kasus illegal logging yang berkaitan dengan sindikat regional dan internasional penyelundupan kayu dari Indonesia. 
Dalam menyikapi perdagangan kayu ilegal, pemerintah menilai bahwa illegal logging dan perdagangan kayu ileagal merupakan kejahatan lintas negara. Pada bulan April 2007 pemerintah Indonesia mengusulkan resolusi illegal logging sebagai “Transnational Organized Crime” pada UN Commission on Crime Prevention on Criminal Justice (CCPJ) ke-16 di Wina. Usulan tersebut berhasil diadopsi. Hal ini juga menjadi upaya pemerintah dalam mengatasi illegal logging dan perdagangan kayu ilegal.

Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
Akrial, Zul. “Tindak Pidana Kehutanan (illegal Logging) Di Indonesia.” http://www.legalitas.org/node/382 pada 8 desember 2010 pukul 21.14
 “Tantangan Penegakan Hukum bidang Kehutanan.” http://agroindonesia.co.id/2010/08/03/tantangan-penegakan-hukum-bidang-kehutanan/. Pada 8 desember 2010 opukul 21.21
“Kerja Sama Illegal Logging RI-Malaysia Buntu”. http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TIGKUBL0G2M23MK25 pada 11 desember 2010 pukul 11.26

Entri Populer